STUCK IN YOUR
EYES: FOUND YOU
(
#StuckInYourEyes1 )
Made by
@Rismafebst
Part 3
“Unresponsed
Kissing”
*Yes. The rumor
is true:D Joel itu emang drummernya Freak Morice (salah satu band asal aussie).
Kece yeh? Wkwk. Cuma, Joel-nya Freak Morice itu namanya Joel Ferguson. Tapi di
story ini namanya diganti jadi Joel Boston. Kalo kata Ferguson-nya dipakai buat
nama Lita (Lita Andrea Ferguson). So, Happy Reading Gals and GuysJ*
“How about skateboarding?” Tanya Riccie balik.
Joel tampang berfikir, “Sounds interesting.
Okay then.” Joel membuat keputusan.
Secepat kilat Riccie menarik tangan
Joel meninggalkan kantin dan mengambil barang-barang mereka di kelas. Lalu
mengambil skateboard mereka di tempat khusus skateboard di JAMS. Setelah itu
mereka langsung lari menyusuri koridor hingga sampai ke surga para anak nakal,
bagian pagar JAMS yang terdapat lubang. And that hole can make a great spot for
sneaking out from school.
Memang sih ‘lubang surga’ itu letaknya
agak tinggi. Tapi siapa sih anak nakal yang tidak bisa memanjat sebuah pohon
yang letaknya sangat dekat dengan lubang itu?. Terutama Riccie yang memang
setiap hari selalu gonta-ganti memakai koleksi skinny jeans-nya yang segudang,
terbayang apabila Riccie menjadi cewek feminim yang harus memanjat pohon dengan
rok-_-”. Riccie tersenyum, ‘untuk inilah ia selalu ingin menjadi cewek tomboy,
sneaking out from school!’ batinnya.
“Ladies first. Especially pretty lady
like you, Ric” Joel mengedipkan mata menggoda kepada Riccie. Haha, dan Riccie
adalah Riccie, tak akan pernah tergoda!. Dan Riccie yakin 100% apabila cewek
yang dikedipkan seperti itu oleh Joel nukan dia, pasti cewek itu akan pingsan
kegirangan, ckckck.
“Stop flirting. You know I’ll never
interest with that. You know I’ll get into you.” Ucap Riccie yang sedang
memanjat lincah dengan santainya. Dude,
she’s really good at that;). Tapi ucapan santai itu menusuk tepat pada
Joel.
Setelah mereka berdua sudah berada di
luar JAMS. Yep, udara kebebasan langsung menyambut Riccie.
“You happy now?” Tanya Joel sinis.
Riccie membalasnya dengan cengiran dan
membalasnya seakan tak berdosa, “A lot!”.
#Skip to: It’s
skateboarding timeeee
Ada sebuah
perasaan bahagia dan menggelitik ketika kamu mulai mendorong skateboardmu
dengan kakimu. Dan perasaan tenang dan relax saat merasakan angin yang bermain
lembut dengan rambutmu sewaktu skateboardmu melaju. Dan itulah caraku untuk
bersenang-senang.
-Philosophy of Skateboarding by Riccie
Bahagia, itulah cara Riccie
mendeskripsikan perasaannya saat skateboarding. Menurutnya, saat ia sedang
skateboarding hanya ada dia dan angin. Dan untuk saat ini, ada Joel
disampingnya…
Mereka berdua ber-skateboarding hingga
sampai di sebuah favorite skateboard spot di Santa Monica.
Sesampainya di tempat faforit Riccie
kalau lagi madol, mereka, seperti biasa, bercanda tawa mengisi hari jenuh.
Layaknya menumpahkan warna pada sebuah kanvas yang kosong. Menghidupkan hidup
mereka hari itu.
“Hey, Ric. I should tell you
something.” Muka Joel tiba-tiba berubah serius di sela-sela candaan mereka.
“About what? Are you doing something
worse? Like drugs?” Tanya Riccie bingung karena perubahan suasana itu. Tadinya
Riccie ingin menambahkan ‘Like Sexs?’, tapi ia ragu untuk yang satu itu
(astaga-_-”).
“No! Of course No! You know me Ric!”
Bantah Joel gak selow.
“So what is that?” Tanya Riccie yang
meletakkan earphone di salah satu telinganya agar suasana serius tiba-tiba ini
tidak membuat mood-nya hancur. Lagu We Are Young –Covered by Glee- mengalun
dari earphonenya.
“Hmmm, that I’m not flirting you with
saying you pretty, Ric.” Kata Joel. Reflek Riccie langsung menatap Joel aneh.
Oke, Riccie mulai tidak menyukai kemana arahnya percakapan ini. “You should
know you are pretty. More than pretty, I think.” Lanjutnya menatap Riccie
intens. Riccie melepas earphonenya. Sekarang, ia risih. Yang menatapnya
sekarang bukanlah tatapan sahabatnya yang ia kenal. Jujur, ia takut akan
tatapan itu.
“Jo-” Ucapan Riccie terpotong oleh
bibir Joel yang tiba-tiba berada tepat di bibirnya. Ia kaget, yap tentu saja ia
kaget. Bibir Joel mengulum bibirnya. Tapi ia berdiri di sana. Mematung. Yah, mematung.
Ia terasa beku. Dan Riccie pun… tidak membalas ciuman itu.
Ciuman itu hanya berlangsung beberapa
detik. Singkat. Namun itu cukup membuat tangan Riccie melayang tepat mengenai
pipi Joel. Tamparan telak.
“Aouch” Gumam Joel sambil memegang
pipinya yang merah.
Riccie menaruh telunjuknya di depan
mata Joel, “DO. NOT. EVEN. DARE. TO. DO. THAT. TO ME!” Ucap Riccie dingin dan
perlahan-lahan juga diikuti penekanan pada setiap kata. Lalu Riccie mulai
beranjak meninggalkan Joel.
“Why? Why you don’t response that? Why
you angry to me?” Tanya Joel bingung.
Riccie berbalik dan kembali menghadap
Joel, “You ask me why? Cause you don’t deserve that!” Jawab Riccie singkat dan
padat. Tapi itu belum memuaskan Joel.
“What do you mean? Why I don’t deserve
that? I don’t get it Ric.” Tanya sekaligus protes Joel.
“You know me so well Joel. I thought
you was my bestfriend. I thought you did understand me. I thought I did need
you. But I was wrong. You never know me. You never even knew me. You
dissapointed me Joel. A LOT!” Jawab Riccie yang mulai meneteskan air mata.
“How can I dissapointed you?. I just
wanna kissing you and says I love you. Why you make it so complicated Ric?”
Joel masih protes.
Kenapa Joel menanyakan hal itu? Dan
pernyataan santainya? I just wanna kissing you? Memangnya Joel pikir dirinya
itu apa? Boneka yang seenak jidatnya saja bisa Joel cium? BIG NO! Riccie sangat
sensitif akan hal yang satu itu.
Riccie terdiam. Ia berpikir. Memutar
beberapa detik ciuman singkat tadi. Apakah hanya itu rasanya sebuah kiss?
Ciuman itu beku. Dingin. Kaku. Asing. Aneh. Dan… hambar. Kemana rasa bahagia
seperti di film dan novel yang pernah ia baca?. Kemana debar-debar dan
desir-desir itu? Dan ia sama sekali tidak berniat dan tergerak untuk
membalasnya. Ciuman itu seperti sebuah… kesalahan.
And sadly, that was her first kiss. And her first kiss is an unresponsed kiss.
Nothing special. Mean nothing.
Joel mulai mendekatinya lagi. Namun
Riccie mundur. Ia kecewa dengan Joel. Sungguh kecewa. Bagaimana bisa Joel
melakukan itu kepadanya? Ia tahu bahwa Joel tahu prinsip Riccie. Ia ingin tetap
menjaga first kiss-nya untuk husband atau fiance-nya. Tetapi kenapa Joel
melakukan itu? Tanpa seijin Riccie pula! Ia tidak ingin ada yang berubah dari
sekelilingnya. Ia hanya ingin Joel tetap menjadi sahabatnya. Tidak lebih dan
tidak kurang. Tidak bisakah Joel mengerti itu semua?
Oke, anggap saja Riccie kampungan
karena prinsipnya untuk No-Kissing. Dan untuk benteng pertahanannya. Benteng
pertahanannya yang belum pernah tersentuh apalagi terlewati oleh seseorang,
bahkan Joel sekalipun. Yah, Riccie memang belum pernah berpacaran. Dan ia belum
siap untuk itu walaupun di umurnya yang sekarang ini. Panggil Riccie kuno,
kamseupay ataupun kamseupil. Riccie tidak perduli. Bukannya dia jelek atau apa,
Riccie ‘hampir sempurna’ malah. Tapi kalau saja Riccie tidak membangun benteng
pertahan yang begitu kokoh. Pasti banyak sekali yang mengantri untuknya.
Pikiran Riccie kalut. Amarahnya berada
di titik didihnya. Titik puncaknya. “Because of you it’s complicated. And fyi,
I have thousands regret why I ever know you?! I HATE YOU. I wish you never born
to this earth. AND YOU NEVER IMAGINE HOW MUCH I HATE YOU NOW!” Lalu Riccie
pergi meninggalkan Joel. Bingung. Sendirian.
#Skip to: A week
later, Hana’s house
Seminggu telah berlalu dari kejadian
‘unresponsed kissing’ itu. Seminggu pula Joel menghilang. Entah berada dimana.
Hari ‘unresponsed kissing’ itu adalah hari mereka melihat batang hidung Joel.
Riccie bingung. Riccie merasa bersalah. Dan Ia tak tahan untuk berbagi cerita
dengan kedua sahabatnya.
“Jadinya gimana ceritanya sih si Joel
bisa ngilang begitu? Aneh yeh.” Gumam Lita tanpa sadar. Lita. Daridulu memang
dia menaruh perhatian pada cowok kapten team basket sekolah yang berdarah
Australia itu.
“Tau ish. Autis tuh anak satu. Untung
aja kita udah tinggal libur sama nunggu kelulusan aja. Untung ujian udah
selesai.” Kata Hana yang mengambil sebuah album dari tumpukan albumnya.
Tetapi ketika Hana memasukan cd album
itu ke cd player, Lita bertanya, “Album sape neng?”.
“Siapa lagi?” Jawabnya sambil
menunjukan cover album itu.
“Yap, tentu saja Hold On ‘Til The
Night by Greyson Chance. Your ex future husband? Your inspiration?” Ledek Lita bosan.
“Shut up!” Jitak Hana tepat di kepala
Lita. Lalu hana menyetel lagu mana. Dan terdengarlah SummerTrain by Greyson
Chance di ruangan itu. Hana juga telat menset untuk repeat song.
N.P. SummerTrain by Greyson
Chance
Namun Hana terdiam lama. “Riccie, what’s up
baby?” ucapnya mendekati Riccie. Sedangkan Lita seperti baru sadar bahwa Riccie
ada di sana.
Riccie seperti kehilangan arah, “Gue… gue…
gue…” Ucapnya terbata-bata sambil mendekati pelukan Hana dan lita. “Gue
penyebab Joel hilang, Han, Lit. Semua ini salah gue.” Ucapnya yang menangis tak
kuat menahan beban yang dipikulnya. Hana dan Lita reflek memeluk Riccie. Seakan
mentransformasi kekuatan kepada Riccie lewat pelukan itu.
Selang beberapa menit, Riccie menjadi tenang
dan berhenti menangis. Yap, cuma Hana dan Lita yang tahu etika ‘when Riccie
cries’, diamkan saja dan tunggu ia tenang. “So, sweetie. Tell us, what
happens?” Kata Lita.
Lalu semua kata-kata dan cerita lengkap
meluncur begitu saja dari mulut Riccie.
“Oh baby, you have a big trouble.” Ucap Hana
yang langsung memeluk Riccie erat.
“I’m so comfort with him as my bestfriend. I
don’t want him to be my boyfriend. I’m not ready yet. I never felt something
between us. Am I wrong?” Curhat Riccie lagi.
“No! You’re right! Joel is a jerk. Now, he’s
gone. Maybe is the best that he’s gone.” Dukung Lita. Lalu mereka bertiga
berpelukan lagi. Yah, itulah gunanya sahabat bukan?
“… Come with me
for a little ride, see the shadows passin’ by. Look at the sun and see the
clouds turn to faces in the sky. Daydreamin’ lightly through the rain. All’s
forgiven on the summertrain. Come with me for a little ride, see the shadows
passin’ by. Come away with me. It’s gonna be all right, just breathe. Come away
with me. It’s gonna be all right, you’ll see. And the windows are cryin’. But
this train is flyin’. Us all through the rain I feel. And our sky getting’
brighter. With every mile. It all seems clear…”
Dalam suasana diam seperti ini. Suara itu
terdengar jelas. Dan lirik itu mengetuk pikiran Riccie.
“If there’s a SummerTrain. Take me to there.”
Ucap Riccie santai yang diikuti oleh tawa Hana dan Lita.
#Skip to: Two
months before graduation
“Lit, Han, gue udah mutusin untuk
nerima Joel.” Bisik Riccie di kantin. Untunglah mereka bertiga bisa berbahasa
Indonesia lancar. Sehingga apa yang mereka bicarakan tetap terjaga privasinya.
“Maksud lo Ric?” Tanya Lita.
“Gue sadar ce. Gue sadar. Selama Joel
gak keliatan-keliatan gue merasa kehilangan. Gue butuh dia. Hidup gue gak
lengkap tanpa dia.” Jawab Riccie.
“Kata lo, lo gak ada rasa sama dia
Ric? Lo yakin?” Tanya Hana.
“Gue emang gak ada rasa sama Joel. Gue
gak ngerasain apa-apa dari ciuman itu. Tapi gue sadar satu hal. Gue gak boleh
egois. Selama ini Joel selalu ada di samping gue. Ngebimbing gue. Nolongin gue.
Dan secara gak langsung, gue butuh dia. Apa salahnya gue nerima dia?” Jawab
Riccie panjang lebar.
“Okay Patricia Everest Valley. Lita
Andrea Ferguson and Hani Jovita McDonough will be right beside youJ” Setuju Lita.
Lalu mereka bertiga berpelukan bersama.
***
“Joel! Joel! Guys! Gals! Joel is here!
JOEL IS HERE! IN THE PRINCIPAL OFFICE!” Teriak para gadis di kantin itu.
Reflek, Riccie, Lita dan Hana segera menghampiri Principal Office di JAMS.
Apa yang terjadi kemudian merupakan
rentetan nightmares bagi Riccie. Joel keluar dari ruangan itu. Lalu pamit
pulang. Klarifikasi dari Joel bahwa dia akan pindah ke Aussie. Says goodbye.
And he’s gone. Tanpa sekalipun menatap mata Riccie.
Perih. Miris. Sakit. Ngenes. Nyesek.
Sekarang, disaat Riccie memutuskan menerima Joel, dia ditinggalkan. ‘Beginikah
rasanya ditinggalkan?’ Batinnya yang terus menatap kepergian Joel tanpa pamit
dengannya.
Riccie lemas, lunglai, dan terjatuh.
Ia tidak perduli. Ia tahu Hana dan Lita selalu ada di sisinya.
***
Pikiran Riccie kusut. Peristiwa demi
peristiwa berputar kembali. Flashback demi flashback mulai menghantui. Riccie
mengerti sekarang. Mengerti dengan jelas. Apa arti dari a paper that she found
in her locker. ‘Wait For Me:D –Joel’ begitu isi kertas itu. Tapi kenapa
perpisahan itu secepat ini? Akankah ia tetap menunggu Joel? Akankah? Yap, janji
adalah janji. Keputusan adalah keputusan. Dan dia akan tetap menunggu Joel.
Sampai ia kembali ke sisinya lagi.
Riccie terbangun. Kepala mengalami
pening berat. Tapi ia tidak takut. Ada Lita dan Hana disampingnya.
“Gimana keadaan lo Ric? Tadi lo
pingsan astagaa.” Panik Hana.
“Gue baik kok. Kan ada kalian di
samping gueJ” Jawab Riccie. Tetapi tatapan matanya kosong.
“Tatapan mata lo Ric. Lo gak bisa
ngebohongin kita.” Bantah Lita.
“Gue akan nunggu Joel sampai dia
pulang. Gue akan setia nunggu dia. Dia gak akan lama kan di Aussie?” Kata
Riccie yang seperti orang kehilangan arah, kehilangan pegangan hidup
sebenarnya. “Anter gue pulang Han, Lit.” Pinta Riccie.
Hati Hana dan Lita miris. Yang mereka
antar pulang itu bukan Riccie mereka. Gadis itu lebih seperti mayat hidup.
Kehilangan arah. Kehilangan senyumnya.
Setelah sampai di depan rumah Riccie,
“Ric, gue mau bilang sama lo. Joel udah jadi kewarganegaraan Aussie. Dan untuk
balik ke sini lagi, kita gak akan tahu dia bakal balik apa ngga.” Ucap Lita.
“Gue yakin dia bakal balik Lit! Jangan
sekali-kali meragukan hal itu! Joel janji sama gue akan balik! Gue janji sama
dia akan nunggu dia! Dan gue akan tetap nunggu dia! Lo gak tau apa-apa lit!”
Bentak Riccie yang mulai meneteskan cairan sebening kristal di pelupuk matanya.
Lalu Riccie menghilang dari pandangan Lita dan Hana.
Lita dan Hana bertatapan.
Berkomunikasi lewat tatapan. Dan tatapan itu berarti, ‘She’s falling down. We
must do something. Before it’s going to be worse’. ‘Tapi apa?!’ batin Lita.
‘Gimana caranya yah?!’ batin Hana.
Ironis
yeh?
Thanks
for readingJ
I’m
beggin’ for feedbackJ
Sincerely,
-Ricma Kamseupil.
No comments:
Post a Comment