Risma's few words

Please visit http://www.wattpad.com/Rismafebst for other story from this blog's owner.


As long as I know. There is two different story in our life. One is dream, and other is reality.

Dream. Everyone have, I mean, everyone must have a dream. It's like the goal of our life. What we are fighting for. What we are dying for. But sometimes, a dream can be hard and hurt. It's depend on reality.

Reality. This is what people scare about. The truth. What we are living now. But you know what? Reality can be better than our dream as long as we are never give up on it. So yeah, it's depend on are we believe in our dream or not.

But in here, I'm gonna show you that we can have both of them. Yeah, you probably right. This is why this page called 'a place for dream and reality'.

How? You may ask?

I'll answer you with 'do you know how much word have a power of you? how a single story can change you?'

So, I, Risma as this blog's owner, will write you that story.

And I will be grateful if you read this. Thank you to waste your time reading my story. I really appreciate it.

Thursday, July 12, 2012

Stuck In Your Eyes 1 : Found You -Part 7


STUCK IN YOUR EYES: FOUND YOU
( #StuckInYourEyes1 )
Made by @Rismafebst

Part 7
“Undiscovered getting closer”

*Sorry, long time needed to wrote this in this holiday._.V But, Happy Reading Guys and GalsJ*



            “Riccie, cepetan gilak! Kita opening act di Creanity nih! Kan kita mau jalan-jalan dulu!” Teriak gadis bernama Lita itu.
            Gadis bermata biru yang dipanggilnya cepat-cepat menuruni anak tangga demi anak tangga dengan cekatannya. Dengan sigapnya pula tangannya mengambil tas dan gitarnya.

            Memang benar apabila mereka bilang makhluk di hadapannya itu indah. Menawan. Penampilannya yang santai dengan kaos putih polos dilapisi kemeja biru yang tak dikancing, jeans hitam panjang, leather boots, rambut yang tidak diapaapakan, tergerai begitu saja, dan juga no make up untuk performance. Simple tapi indah. Tomboy tapi menawan. Lita sampai iri dibuatnya. Tetapi sayang gadis di hadapannya itu tidak pernah sadar ia ‘hampir sempurna’.
            “Let’s chill! Let’s rock!” Teriak mereka berbarengan saat memasuki mobil Hani. Hani beradu mata dengan Lita. Mereka bersyukur kini Riccie bisa melupakan joel dan tertawa bebas. Tapi siapa yang melakukan semua ini?.

*otherside*

            “Greyson, you’ll have a performance in Santa Monica Creanity an hour again.” Kata Stacy di dalam mobil Jaguar hitam itu.
            Lelaki berumur 14 tahun yang mengenakan kaos putih polos dilapisi kemeja hitam yang tak dikancing, jeans biru panjang dan sepatu converse terlihat super excited. “Yeayy, now is showtime!” Teriaknya sambil memakai katamata. “Uhoh, wait!” Raut muka innocent itu terlihat berpikir. Terlihat sangat menarik. “An hour again is showtime! Yeayy!” Teriaknya akhirnya.

*Santa Monica Creanity*

Aku tahu kalian pasti bingung kenapa aku bisa tampil bersama artis-artis di kawasan Santa Monica ini. Kenapa pula beberapa hari yang lalu aku bisa sebebasnya masuk ke dalam studio music. Mereka memang berkata aku ini pantas untuk terkenal, sehingga aku bebas keluar masuk studio itu. Mereka yang memintaku tampil juga berkata demikian. Tapi bagiku, aku bukanlah artis. Lagipula aku tidak memiliki fans. Aku hanya bermain musik, melakukan hobiku, dan menurutku itu tidak salah. Dan Aku dan lita hanya menjadi opening act saja kok di creanity.
-Riccie

            “Kayaknya gue denger kasak kusuk greyson bakal tampil hari ini deh.” Ucap Hani mencari orang yang ia maksud.
            “Ish, katanya maunya Patrick? Kok mau pedekate sama Greyson?” Tanya Lita jahil.
            “Haha lit, gue cuma sebatas mau liat dia doang kok.” Jawab Hani. Lalu mereka berdua tertawa bersama.
            Riccie hanya terdiam. Sesungguhnya ia berharap lelaki bernama greyson ini tidak muncul disana. Tetapi baru saja ia berharap, ternyata harapan itu tidak terkabulkan. Disana lelaki itu turun dari sebuah Jaguar hitam. Pilihan mobil yang mempesona, pikirnya. Riccie entah mengapa bisa mengenalinya dibalik kacamata hitamnya. Dan sialnya-_- mengapa baju mereka begitu serasi?

***

            Mungkin ini hari keberuntungan Greyson. Karena disana ia melihat gadis brunette-blackhead itu lagi. Penampilannya begitu simple dan terkesan tomboy tapi begitu indah dan menawan baginya. Dan alangkah sebetulan sekali, baju mereka serasi?.
            He’s sure, today gonna be big day!

***

            “Ladies and gentlemen! Today, Santa Monica held a creanity for every slum kids over the city. Let’s show our heart with help them with our own hand! And this is it, the opening act, Patricia Valley with Lita Ferguson!” Ucapan presenter itu menggelegar melalui speaker-speaker itu.

(NP. Imagine –by John Lennon)

            Riccie mulai memetik gitarnya, dan Lita mengikutinya dengan tempo yang berbeda. Menjadikan sebuah gradasi nada yang indah.
“Imagine there's no heaven, it's easy if you try. No people below us, above it's only sky. Imagine all the people. Living for today.” Suara Riccie terdengar lirih tapi powerful.
“Imagine there's no countries, it isn't hard to do. No need to kill or die for and no religions too. Imagine all the people. Living life in peace.” Suara Malaikat Riccie terdengar lebih lembut dan powerful bukan lirih lagi.
“You may say I'm a dreamer. But I'm not the only one. I hope someday you'll join us. And the world will live as one.” Kini suara Lita terdengar, memberikan efek yang menabjubkan.
“Imagine no possessions. I wonder if you can. No need for greed or hunger a brotherhood of man. Imagine all the people. Sharing for the world. You may say I'm a dreamer. But I'm not the only one. I hope someday you'll join us. And the world will live as one. You may say I'm a dreamer. But I'm not the only one. Take my hand and join us. And the world will live, will live as one.” Sebuah penampilan opening act yang menggugah hati para penonton.
Termasuk lelaki yang memakai kacamata itu. Mungkin orang yang paling tergugah hatinya dengan penampilan tadi.

***

            Ketika Riccie sendirian, Greyson melihat kesempatan untuk menghampirinya. So, he did.
            “You’re rocking the stage! Nice performance.” Ucap Greyson yang menyenderkan diri ke tembok di samping Riccie, memposisikan kedua kaki dengan epic dan juga melipat tangannya ini dengan ramah.
            Riccie tersendak. Jujur, ia harus mengakui makhluk annoying satu ini memang menawan. Memiliki entah apa, mungkin kharisma, yang mampu menghipnotisnya. Tapi Riccie tidak mau memunculkannya. Ego, tentu saja.
            “You perform in here?” Tanya Riccie datar. Menutupi perasaannya yang ingin sekali masuk ke dalam pesona lelaki di depannya ini. Ada apa sebenarnya dengan dirinya?.
            “Yep. Why? Can’t wait to see me?” Tanya Greyson nakal.
            “Can’t wait to see you fall, maybe. Or can’t wait to see you being a girl who’s playing piano, haha.” Ejek Riccie. Paling anti akan hal-hal yang romantis seperti ini. Entah sejak kapan. Yang jelas sebelum bertemu dengan Joel ia memiliki hal semacam ini. Mungkinkah saat Riccie melihat teman dari sahabatnya dikhianati dengan pacarnya yang selalu berbuat romantis terhadapnya, sehingga ia bunuh diri?. Entahlah.
            “Hey, can’t you be polite?.” Jawab greyson dengan nada sarkastik.
            “To stranger? No.” Jawab Riccie singkat.
            “I regret said that your performance is nice.” Ucap Greyson meninggalkan Riccie. Marah? Tentu saja. Ia memujinya, tapi apa balasnya? Mengatainya? Huh.

Aku juga manusia. Aku bisa marah. Apakah ia tidak menyadarinya? Huh!
-Greyson

***

            “Everybody give it up for Greyson Chance!” Ucap Presenter itu.

(NP. WOTL –by Greyson Chance)

“You’ll never enjoy your life, living inside the box. You’re so afraid of taking chances, how you gonna reach the top?. Rules and regulations, force you to play it safe. Get rid of all the hesitation, it’s time for you to seize the day. Instead of just sitting around, and looking down on tomorrow. You gotta let your feet off the ground, the time is now.” Permainan denting piano dan suara itu, entah mengapa Riccie mencintai permainan itu.
“I’m waiting, waiting, just waiting. I’m waiting, waiting outside the lines. Waiting outside the lines. Waiting outside the lines.” Lalu, Riccie sadar apa yang mereka tak sadar. Greyson menatapnya. Apa maksudnya? Greyson menunggu? Menunggu untuk apa? Untuknya?.
“Try to have no regrets, even if it’s just tonight. How you gonna walk ahead, if you keep living blind. Stuck in the same position, you deserve so much more. There’s a whole world around us, just waiting to be explored. Instead of just sitting around, and looking down on tomorrow. You gotta let your feet off the ground, the time is now, just let it go. Don't wanna have to force you to smile. I’m here to help you notice the rainbow. Cause I know, what’s in you is out there.” Riccie tenggelam kembali tenggelam lagi dalam euforia itu. Euforia yang hanya bisa dibuat lelaki yang bahkan bisa dikatakan stranger itu. Aneh sungguh aneh.
“I’m waiting, waiting, just waiting. I’m waiting, waiting outside the lines. Waiting outside the lines. Waiting outside the lines.” Greyson kembali melihatnya lagi. Tapi kali ini Lita dan Hani sadar.
“I’m trying to be patient. The first step is the hardest. I know you can make it, go ahead and take it!. I’m Waiting, waiting, just waiting. I’m waiting. I’m waiting, waiting, just waiting. I’m waiting, waiting outside the lines. Waiting outside the lines. Waiting outside the lines. You’ll never enjoy your life, living inside the box. You’re so afraid of taking chances, How you gonna reach the top?” Sampai kalimat terakhir dari lagu itu pun. Greyson selalu mencuri pandang kepada Riccie. Dan reaksi Riccie yang seperti menyembunyikan sesuatu membuat Lita dan Hani sadar satu hal.

***

            Apakah orang yang membuat Riccie melupakan Joel itu seorang Greyson Chance?!
“Greyson itu siapa lo?” Tanya Hani dan Lita berbarengan. Tanpa sadar. Dan agak terlalu kencang. Membuat beberapa mata melihat kepada mereka. Tapi mereka tidak perduli.
“Annoying boy-_-” Jawab Riccie enggan.
“Maksud lo? Ini Greyson Chance loohh. Idola gue. Lo kenal dari mana?” Tanya Hani membujuk.
“Hmm, kemaren pas gue ke pantai, dia nyamperin gue. Dan sejak saat itu gue digangguin terus sama dia. Gue juga ga ngerti apa mau dia. Kenal aja ngga. Ya cuma dia ngebuat gue sedikit risih aja. Apalagi tadi. Buat apa coba dia ngeliat gue?. Gue juga baru tau dia itu Greyson Chance lo han.” Jawab Riccie panjang lebar.
“Kayaknya ada yang bakal kamingsun nih, ehem.” Ucap Lita sambil melirik ke arah greyson yang mulai menghampiri mereka.
“Hus, jangan diganggu lit. Tinggalin aja nyok.” Ajak Hani sambil mengedipkan mata ke Riccie.
“Apasih-_-” Guman Riccie malas. Tingkah sahabat-sahabatnya itu memang ada-ada saja. Padahal toh tidak ada apa-apa di antara mereka bukan?. Ckckck

***

            “Lit, gue bersyukur Riccie udah gak kayak mayat mati lagi. Apalagi sekarang dia deket sama greyson.” Bisik Hani.
            “Lo pikir gue ngga neng. Tapi yakin gak lo han si greyson itu anak baik-baik?” Tanya Lita.
            “Lo tanya sama fansnya? Setau gue dia belom bisa move on dari mantannya. Dan untuk dia mau pedekate sama Riccie aja gue kaget. Dia tuh tipe orang setia, percaya deh sama gue.” Jawab Hani.
            “Gue sih berharap dia gak nyakitin Riccie aja. Jujur, gue kasihan sama Riccie. Gue pegang kata-kata lo han.” Tugas Lita.
            “Mengenai emaknya Riccie, babenya yang gila kerja, ditambah Joel yang ilang auk kemana? Riccie kekurangan kasih sayang lit. Because of that, I’ll be always right beside her. I mean, we’ll be.” Yakin Hana. Dikuti Lita yang mengangguk setuju.

***

            “Hey. I’m so sorry about the fight.” Sapa Greyson.
Riccie mengumpat tidak jelas dan menjawab, “What did you mean about staring at me when you singing?” Tanya Riccie tersinggung.
            “Did I? Oh yeah I did. But don’t blame at me it was nothing. Too much selfconfidence isn’t good girl.” Bohong Greyson. Yap, Greyson memang sengaja menatap sepasang mata biru itu.
            “Kay, whatever-_- forget it.” Tandas Riccie, kemudian meninggalkan Greyson.

***

Pernahkah kamu berfikir? Tentang mereka, para anak yang harus menyerahkan nasib mereka kepada jalanan? Pernah kamu berusaha merasakan apa yang mereka rasakan?. You didn’t? So, thinking and trying about it now. Maka kamu akan temukan jawaban mengapa aku begitu perduli dengan mereka.
-Riccie

            Greyson ingin menyapa para slum kids yang hadir dalam acara itu ketika ia mendengar suara itu lagi…

(NP. I have a dream –by Westlife)

“I have a dream, a song to sing. To help me cope with anything. If you see the wonder of a fairy tale. You can take the future even if you fail.” Petikan gitar itu. Suara malaikat itu. Ricci.
“I believe in angels. Something good in everything I see. I believe in angels. When I know the time is right for me.” Dan Greyson sadar dari siapa dan untuk siapa lagu itu. Riccie menyanyikannya kepada para slum kids itu.
“I'll cross the stream, I have a dream.” Tujuan Riccie sederhana, untuk membuat mereka tersenyum.
“I have a dream, a fantasy. To help me through reality. And my destination makes it worth the while. Pushing through the darkness still another mile.” Jujur, Greyson tersentuh dengan kedekatan Riccie dan para slum kids tersebut. Riccie membuat mereka… senang.
“I believe in angels. Something good in everything I see. I believe in angels. When I know the time is right for me.” Kini bukan suara Riccie yang terdengar tapi Greyson.
Greyson duduk di sebelah Riccie dan ikut bernyanyi sambil memeluk seorang gadis kecil dengan wajah yang kotor. “I'll cross the stream, I have a dream. I'll cross the stream, I have a dream.”
“I have a dream, a song to sing. To help me cope with anything. If you see the wonder of a fairy tale. You can take the future even if you fail.” Greyson dan Riccie bernyanyi bersama. Entah mengapa suara mereka membentuk sebuah gradasi nada yang indah.
“I believe in angels. Something good in everything I see. I believe in angels. When I know the time is right for me.” Dan gradasi nada itu berhasil membuat para slum kids itu tersenyum.
“I'll cross the stream, I have a dream. I'll cross the stream, I have a dream.”

***

            Riccie menatap Greyson garang. “Dude, like seriously, why you act just like a stalker?”
            “Girl! No! I’m not a stalker! Don’t judge me like that. I just come to see them. Am I wrong?” Tanya Greyson bernada sarkastik.
            “Really? Then, proof it!” Tantang Riccie.
            “Let’s do some battles then.” Greyson membalas tantangannya.

Without time for them to realize, their fight is the start for them to know each other’s heart.
-Risma, Writer


Thanks for readingJ
Hope you like it:D
Feedback is needed;)
            Sincerely,
            -Rismaupil~

No comments:

Post a Comment