Risma's few words

Please visit http://www.wattpad.com/Rismafebst for other story from this blog's owner.


As long as I know. There is two different story in our life. One is dream, and other is reality.

Dream. Everyone have, I mean, everyone must have a dream. It's like the goal of our life. What we are fighting for. What we are dying for. But sometimes, a dream can be hard and hurt. It's depend on reality.

Reality. This is what people scare about. The truth. What we are living now. But you know what? Reality can be better than our dream as long as we are never give up on it. So yeah, it's depend on are we believe in our dream or not.

But in here, I'm gonna show you that we can have both of them. Yeah, you probably right. This is why this page called 'a place for dream and reality'.

How? You may ask?

I'll answer you with 'do you know how much word have a power of you? how a single story can change you?'

So, I, Risma as this blog's owner, will write you that story.

And I will be grateful if you read this. Thank you to waste your time reading my story. I really appreciate it.

Thursday, July 12, 2012

Stuck In Your Eyes 1: Found You -Part 8


STUCK IN YOUR EYES: FOUND YOU
( #StuckInYourEyes1 )
Made by @Rismafebst

Part 8
“The Battles”

*Happy Reading Guys and GalsJ*



Why is Love always feels like a battlefield?
-Lyrics of Battlefield by Jordin Spark

“Let’s do some battles then.” Greyson membalas tantangannya.
“First, photography!” Tantang Riccie lagi.
“Kay! Then the second is Math Trivia!” Balas Greyson.
            “And the third?” Riccie tampak berfikir. Greyson juga.
            Lalu wajah mereka sama-sama bercahaya, “Timezone!” Ucap mereka serempak.

            “Tomorrow, I’m free from 3 pm. We can start the first battle.” Usul Greyson.
            “Okay, In the beach. The same place as the first time we met.” Usul Riccie kemudian meninggalkan Greyson. Greyson tersentak, Riccie mengingat pertemuan pertama mereka? Itu berarti lampu hijau bukan?.

*The next day, first battle, 3.30 pm, Santa Monica Beach Park*

            “Gilak-_- nih orang ngaret juga yak” Riccie mengutuk Greyson atas keterlambatannya.
            Kemudian orang yang ia tunggu pun tiba. “Late for 30 minutes. Great. I’ll win this battle then.” Sembur Riccie.
            “Hehe, sorry. There’s something to do. Don’t be so confidence, Girl.” Jawab Greyson.
            “Whatever Mr. Popular-_- Go grab your camera and capture something outstanding.” Tantang Riccie.
            “And at least, we must give a reason why we choose that capture?” tanya Greyson meremehkan.
            “Don’t underestimate me dude. But your idea is good. We start now, then.” Jawab Riccie. Dan mereka pun mulai berpencar.

***

Objek apa yang paling menarik di pantai? Tentu saja angin yang membelai daun-daun palm trees, ombak yang mengulum pasir, dan wajah-wajah manusia-manusia yang sedang mengecap keindahannya.
-Riccie

***

Apa yang paling indah di sebuah pantai? Tentu saja semuanya indah untukku. Aku menyukai, tunggu, mencintai pantai. Tapi untuk saat ini ada satu hal yang ingin sekali aku tangkap ke dalam sebuah lensa. Yaitu gadis bermata biru dan berambut brunette-blackhead itu.
-Greyson

***

            “You captured MEEEEH?” Tanya Riccie aneh.
            “Yep!” jawab Greyson yakin.
            “What’s the point about that?” Tanya Riccie menahan amarahnya. Ia memang tak suka difoto. Sejak orang yang sering memotretnya itu meninggalkannya. Dan membuatnya sendirian bersama seorang ayah yang gila kerja.
            “Cause for me, you’re the prettiest in this place.” Jawab Greyson lembut.
            Riccie terbuai sebentar. Tapi ia harus melawan perasaan itu. “And with that, you made me win. Thanks.” Tandasnya dingin.
            “How can?” Tanya Greyson bingung. Ia maju mendekati Riccie. Terkesan menantang.
            Riccie merasa tertantang juga maju kedepan, membuat jarak mereka begitu dekat. “My capture? Absolutely outstanding. And yours? Outstanding too. But that the capture of the self of mine. So, I’m win this time. One-zero for me.” Jawabnya kemudian pergi meninggalkan greyson. Riccie merasa tak tahan berada terlalu dekat dengan Greyson. Bisa-bisa ia mengikuti keinginan hatinya tanpa berfikir terlebih dahulu…
            Greyson tidak merasa keberatan kalah dalam battle satu ini. Greyson tidak akan pernah merasa menyesal kalah apabila ia bisa sedekat itu dengan Riccie. Sungguh, sedetik tadi ia mati-matian menahan keinginan dirinya untuk mendekap gadis itu…

***

Tapi Greyson dan Riccie melupakan satu hal. Mereka belum merencanakan kapan dan dimana battle kedua dimulai.
-Risma, Writer

            “Icci!” Teriakan yang memanggilnya mengingatkannya akan sosok ibundanya. Apakah itu ibundanya? Hanya ibundanyalah yang memanggilnya seperti itu. Untuk mengetahuinya, Riccie menoleh ke belakang dan melihat itu bukanlah ibunya tetapi Greyson?!
            “What?” Tanya Riccie. Seharusnya ia keberatan dipanggil dengan nama itu. Tetapi kenapa hatinya menolak untuk keberatan?.
            “The second battle” Jawab Greyson dengan dada naik turun. Lalu Greyson merelaxkan dirinya sebelum melanjutkan “Tomorrow, can you come to my studio? I’m busy all day.”
            Entah apa yang Riccie pikirkan ketika ia setuju.

*The next day, second battle, 4 pm, Greyson’s studio*

            “Wait for me in here okay? Don’t go. I’m kind of busy right now. But I’ll take my time for you” Kata Greyson sebelum meninggalkan Riccie di sebuah ruang dengan sofa empuk, kata Greyson ini ruang beristirahat. Riccie memang belum pernah naik ke lantai-lantai atas dari studio ini.

*One hour later*

            Riccie memang sudah gila ketika ia menyetujui hal ini. Kini kantuk mulai menyerangnya dan membawanya ke alam mimpi dalam posisi terduduk.

*7 pm*

            Riccie terbangun dalam posisi terlelap terlentang di sofa dengan selimut hangat menyelingkupi tubuhnya. Tunggu, ia tidak tertidur dalam posisi seperti ini.
            “Here you are! You must be really tired. I’m so sorry making you waiting that long. And making you feel asleep in this room. I’m really sorry. Here, I’m making a coffee for you.” Tiba-tiba Greyson yang shirtless datang entah dari mana. Dari mananya tidak begitu penting. Tapi pesonanya. Begitu indah. Begitu menawan. Begitu menggoda.
            Riccie harus mengigit bibir bawahnya untuk menahan hatinya yang jumpalitan karena pemandangan makhluk yang shirtless di depannya itu. Terlebih badannya yang mulai membentuk itu;3. Greyson menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Membuat riccie tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menikmati pemandangan itu. Riccie tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ada apakah di dalam diri Greyson sebenarnya?
            Greyson menyerahkan secangkir coffee. Riccie terbangun dan segera menyeruput coffee itu. “All tiredness less with coffee.” Gumam Riccie. Greyson mengambil kesimpulan dari gumaman tersebut bahwa Riccie seorang coffee addict.
            Greyson berdiri dan mengambil kaos putih polos dan memakainya. Kemudian ia meletakkan iPhonenya di sebuah meja kecil dan duduk di depannya. Ohyah, battle itu.

***

            “I won! Yeay! I love my math teacher!” Sorak Greyson bahagia. Riccie tidak percaya hal ini. Greyson seorang genius matematika!. Tunggu, Riccie juga genius kok!. Ia anak kebanggaan guru mathnya di sekolah. Serius. Atau mungkinkah otaknya terganggu dengan pemandangan tadi?
            “So, One for ya then. And I gotta go to music store, I think. But hey, be careful for the next battle. It’ll final.” Ucap Riccie.
            “Oh god! It’s already 9 pm. It isn’t good for girl to going alone herself. Don’t your family worried about you? I’ll ride you home.” Bantah Greyson.
            “My dad doesn’t even in home now. Nobody worried about me haha.” Ucap Riccie pahit.
            Greyson tidak tahan melihat wajah cantik itu murung. Entah betapa brengsek keluarganya itu. “I do care! I’ll carry you home” Greyson menarik gadis itu dengan lembut.
            Riccie menyebutkan alamat rumahnya kepada supir greyson dan Jaguar hitam itu mulai melaju membelah keramaian LA malam itu. “Hey, tomorrow is my free day. I pick you up at 11 am, kay?” Tanya Greyson. Riccie menganggukkan kepala. Tetapi pandangannya menatap kosong keluar jendela.

*the next day, the last battle, 1 pm, the mall*

            Greyson yang memakai kaos santai dan jeans selutut juga ditemani old converse itu begitu terlihat santai tapi menabjubkan. Juga kacamata hitamnya menambah kesan swag pada lelaki ini. Ditambah lagi tangannya yang bertaut dengan tangan Riccie sepanjang perjalanan menuju timezone ini.

Aku merasakan getaran-getaran seperti sengatan listrik ketika ia memegang tanganku. Getaran asing yang menyenangkan.
-Riccie

            “The first? How about dance?” Usul Riccie.
            “I know I’ll lose. But okay.” Jawab Greyson.

***

            “I said that I’ll lose, see?” Ucap Greyson. “Then, let’s ride!” Lanjutnya.
            “Then, my turn to lose-_- but it’s fair enough” jawab Riccie.

***

            “It was fair. I lost you won. You lose I win. How about karaoke for closing?” Tanya Greyson.
            “Good idea” Jawab Riccie.

***

            “All the other kids with the pumped up kicks, You better run, better run, outrun my gun. All the other kids with the pumped up kicks, You better run, better run, faster than my bullet. All the other kids with the pumped up kicks, You better run, better run, outrun my gun. All the other kids with the pumped up kicks. Ooo… ooo… With the pumped up kicks” Greyson meraih tangan Riccie dan mengisyaratkannya untuk bernyanyi bersama.

***

            “We could have had it all. Rolling in the deep. You had my heart inside your hand. And you played it to the beat.” Tarian Riccie yang diiringi nyanyiannya begitu menawan. Sehingga Greyson ikut menari bersamanya.

***

            Entah berapa lama mereka bermain. Yang mereka tau saat itu jam sudah menunjukkan 7 pm. Waktu memang terasa cepat di saat-saat yang menyenangkan.
            “Okay, stranger, now we gotta go home.” Kata Riccie.
            “None of us win this battle then” Balas Greyson dan membuat mereka berdua tertawa.
            “I’ll win later, I mean if we meet again.” Tugas Riccie tiba-tiba.
            “Wait-wait, did you mean this is the last time we met?” Tanya Greyson kecewa.
            “Yeah, I guess.” Jawab Riccie.
            “So, can I carry you home for the last time?” Tanya Greyson. Riccie membalasnya dengan anggukan.

***

            Ketika Jaguar hitam itu sampai di depan rumah Riccie. Greyson sadar, waktu untuk bersenang-senangnya telah usai. Ia mempunya firasat Riccie akan kembali seperti dulu. Dingin.
            “So it isn’t a see you then.” Ucap Greyson pelan.
            “Yeah, good bye then.” Balas Riccie yang memasuki rumahnya.

We were getting closer. Even we did fights with this stupid battle. But she said good bye? :O.
-Greyson



Hope you like itJ
Thanks for reading:D
Feedback pleaseee?
            Sincerely,
            -Rismaupil~~~

No comments:

Post a Comment