STUCK IN YOUR
EYES: FOUND YOU
(
#StuckInYourEyes1 )
Made by
@Rismafebst
Part 8
“The Battles”
*Happy Reading
Guys and GalsJ*
Why is Love
always feels like a battlefield?
-Lyrics of Battlefield by Jordin Spark
“Let’s do
some battles then.” Greyson membalas tantangannya.
“First,
photography!” Tantang Riccie lagi.
“Kay!
Then the second is Math Trivia!” Balas Greyson.
“And
the third?” Riccie tampak berfikir. Greyson juga.
Lalu
wajah mereka sama-sama bercahaya, “Timezone!” Ucap mereka serempak.
“Tomorrow,
I’m free from 3 pm. We can start the first battle.” Usul Greyson.
“Okay,
In the beach. The same place as the first time we met.” Usul Riccie kemudian
meninggalkan Greyson. Greyson tersentak, Riccie mengingat pertemuan pertama
mereka? Itu berarti lampu hijau bukan?.
*The next
day, first battle, 3.30 pm, Santa Monica Beach Park*
“Gilak-_-
nih orang ngaret juga yak” Riccie mengutuk Greyson atas keterlambatannya.
Kemudian
orang yang ia tunggu pun tiba. “Late for 30 minutes. Great. I’ll win this
battle then.” Sembur Riccie.
“Hehe,
sorry. There’s something to do. Don’t be so confidence, Girl.” Jawab Greyson.
“Whatever
Mr. Popular-_- Go grab your camera and capture something outstanding.” Tantang
Riccie.
“And
at least, we must give a reason why we choose that capture?” tanya Greyson
meremehkan.
“Don’t
underestimate me dude. But your idea is good. We start now, then.” Jawab
Riccie. Dan mereka pun mulai berpencar.
***
Objek
apa yang paling menarik di pantai? Tentu saja angin yang membelai daun-daun
palm trees, ombak yang mengulum pasir, dan wajah-wajah manusia-manusia yang
sedang mengecap keindahannya.
-Riccie
***
Apa
yang paling indah di sebuah pantai? Tentu saja semuanya indah untukku. Aku
menyukai, tunggu, mencintai pantai. Tapi untuk saat ini ada satu hal yang ingin
sekali aku tangkap ke dalam sebuah lensa. Yaitu gadis bermata biru dan berambut
brunette-blackhead itu.
-Greyson
***
“You captured
MEEEEH?” Tanya Riccie aneh.
“Yep!” jawab
Greyson yakin.
“What’s the
point about that?” Tanya Riccie menahan amarahnya. Ia memang tak suka difoto.
Sejak orang yang sering memotretnya itu meninggalkannya. Dan membuatnya
sendirian bersama seorang ayah yang gila kerja.
“Cause for
me, you’re the prettiest in this place.” Jawab Greyson lembut.
Riccie
terbuai sebentar. Tapi ia harus melawan perasaan itu. “And with that, you made
me win. Thanks.” Tandasnya dingin.
“How can?”
Tanya Greyson bingung. Ia maju mendekati Riccie. Terkesan menantang.
Riccie merasa
tertantang juga maju kedepan, membuat jarak mereka begitu dekat. “My capture?
Absolutely outstanding. And yours? Outstanding too. But that the capture of the
self of mine. So, I’m win this time. One-zero for me.” Jawabnya kemudian pergi
meninggalkan greyson. Riccie merasa tak tahan berada terlalu dekat dengan
Greyson. Bisa-bisa ia mengikuti keinginan hatinya tanpa berfikir terlebih
dahulu…
Greyson tidak
merasa keberatan kalah dalam battle satu ini. Greyson tidak akan pernah merasa
menyesal kalah apabila ia bisa sedekat itu dengan Riccie. Sungguh, sedetik tadi
ia mati-matian menahan keinginan dirinya untuk mendekap gadis itu…
***
Tapi
Greyson dan Riccie melupakan satu hal. Mereka belum merencanakan kapan dan
dimana battle kedua dimulai.
-Risma, Writer
“Icci!”
Teriakan yang memanggilnya mengingatkannya akan sosok ibundanya. Apakah itu
ibundanya? Hanya ibundanyalah yang memanggilnya seperti itu. Untuk
mengetahuinya, Riccie menoleh ke belakang dan melihat itu bukanlah ibunya
tetapi Greyson?!
“What?” Tanya
Riccie. Seharusnya ia keberatan dipanggil dengan nama itu. Tetapi kenapa
hatinya menolak untuk keberatan?.
“The second
battle” Jawab Greyson dengan dada naik turun. Lalu Greyson merelaxkan dirinya
sebelum melanjutkan “Tomorrow, can you come to my studio? I’m busy all day.”
Entah apa
yang Riccie pikirkan ketika ia setuju.
*The next
day, second battle, 4 pm, Greyson’s studio*
“Wait for me in
here okay? Don’t go. I’m kind of busy right now. But I’ll take my time for you”
Kata Greyson sebelum meninggalkan Riccie di sebuah ruang dengan sofa empuk,
kata Greyson ini ruang beristirahat. Riccie memang belum pernah naik ke
lantai-lantai atas dari studio ini.
*One hour
later*
Riccie memang
sudah gila ketika ia menyetujui hal ini. Kini kantuk mulai menyerangnya dan
membawanya ke alam mimpi dalam posisi terduduk.
*7 pm*
Riccie
terbangun dalam posisi terlelap terlentang di sofa dengan selimut hangat
menyelingkupi tubuhnya. Tunggu, ia tidak tertidur dalam posisi seperti ini.
“Here you
are! You must be really tired. I’m so sorry making you waiting that long. And
making you feel asleep in this room. I’m really sorry. Here, I’m making a
coffee for you.” Tiba-tiba Greyson yang shirtless datang entah dari mana. Dari
mananya tidak begitu penting. Tapi pesonanya. Begitu indah. Begitu menawan.
Begitu menggoda.
Riccie harus
mengigit bibir bawahnya untuk menahan hatinya yang jumpalitan karena
pemandangan makhluk yang shirtless di depannya itu. Terlebih badannya yang
mulai membentuk itu;3. Greyson menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Membuat
riccie tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menikmati pemandangan itu. Riccie
tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ada apakah di dalam diri Greyson
sebenarnya?
Greyson
menyerahkan secangkir coffee. Riccie terbangun dan segera menyeruput coffee
itu. “All tiredness less with coffee.” Gumam Riccie. Greyson mengambil
kesimpulan dari gumaman tersebut bahwa Riccie seorang coffee addict.
Greyson
berdiri dan mengambil kaos putih polos dan memakainya. Kemudian ia meletakkan
iPhonenya di sebuah meja kecil dan duduk di depannya. Ohyah, battle itu.
***
“I won! Yeay!
I love my math teacher!” Sorak Greyson bahagia. Riccie tidak percaya hal ini.
Greyson seorang genius matematika!. Tunggu, Riccie juga genius kok!. Ia anak
kebanggaan guru mathnya di sekolah. Serius. Atau mungkinkah otaknya terganggu
dengan pemandangan tadi?
“So, One for
ya then. And I gotta go to music store, I think. But hey, be careful for the
next battle. It’ll final.” Ucap Riccie.
“Oh god! It’s
already 9 pm. It isn’t good for girl to going alone herself. Don’t your family
worried about you? I’ll ride you home.” Bantah Greyson.
“My dad
doesn’t even in home now. Nobody worried about me haha.” Ucap Riccie pahit.
Greyson tidak
tahan melihat wajah cantik itu murung. Entah betapa brengsek keluarganya itu.
“I do care! I’ll carry you home” Greyson menarik gadis itu dengan lembut.
Riccie
menyebutkan alamat rumahnya kepada supir greyson dan Jaguar hitam itu mulai
melaju membelah keramaian LA malam itu. “Hey, tomorrow is my free day. I pick
you up at 11 am, kay?” Tanya Greyson. Riccie menganggukkan kepala. Tetapi
pandangannya menatap kosong keluar jendela.
*the next
day, the last battle, 1 pm, the mall*
Greyson yang
memakai kaos santai dan jeans selutut juga ditemani old converse itu begitu
terlihat santai tapi menabjubkan. Juga kacamata hitamnya menambah kesan swag
pada lelaki ini. Ditambah lagi tangannya yang bertaut dengan tangan Riccie
sepanjang perjalanan menuju timezone ini.
Aku
merasakan getaran-getaran seperti sengatan listrik ketika ia memegang tanganku.
Getaran asing yang menyenangkan.
-Riccie
“The first?
How about dance?” Usul Riccie.
“I know I’ll
lose. But okay.” Jawab Greyson.
***
“I said that
I’ll lose, see?” Ucap Greyson. “Then, let’s ride!” Lanjutnya.
“Then, my
turn to lose-_- but it’s fair enough” jawab Riccie.
***
“It was fair.
I lost you won. You lose I win. How about karaoke for closing?” Tanya Greyson.
“Good idea”
Jawab Riccie.
***
“All the other kids with the pumped up kicks, You better run, better run, outrun my gun. All
the other kids with the pumped up kicks, You better
run, better run, faster than my bullet. All the other kids with the pumped up
kicks, You better run, better run, outrun my gun.
All the other kids with the pumped up kicks. Ooo… ooo… With
the pumped up kicks” Greyson meraih tangan Riccie dan mengisyaratkannya
untuk bernyanyi bersama.
***
“We could
have had it all. Rolling in the deep. You had my heart inside your hand. And
you played it to the beat.” Tarian Riccie yang diiringi nyanyiannya begitu
menawan. Sehingga Greyson ikut menari bersamanya.
***
Entah berapa
lama mereka bermain. Yang mereka tau saat itu jam sudah menunjukkan 7 pm. Waktu
memang terasa cepat di saat-saat yang menyenangkan.
“Okay,
stranger, now we gotta go home.” Kata Riccie.
“None of us
win this battle then” Balas Greyson dan membuat mereka berdua tertawa.
“I’ll win
later, I mean if we meet again.” Tugas Riccie tiba-tiba.
“Wait-wait,
did you mean this is the last time we met?” Tanya Greyson kecewa.
“Yeah, I
guess.” Jawab Riccie.
“So, can I
carry you home for the last time?” Tanya Greyson. Riccie membalasnya dengan
anggukan.
***
Ketika Jaguar
hitam itu sampai di depan rumah Riccie. Greyson sadar, waktu untuk
bersenang-senangnya telah usai. Ia mempunya firasat Riccie akan kembali seperti
dulu. Dingin.
“So it isn’t
a see you then.” Ucap Greyson pelan.
“Yeah, good
bye then.” Balas Riccie yang memasuki rumahnya.
We
were getting closer. Even we did fights with this stupid battle. But she said
good bye? :O.
-Greyson
Hope you like itJ
Thanks for reading:D
Feedback pleaseee?
Sincerely,
-Rismaupil~~~

No comments:
Post a Comment