STUCK IN YOUR
EYES: FOUND YOU
(
#StuckInYourEyes1 )
Made by
@Rismafebst
Part 1~
“Introducing
Riccie”
*Sorry guys, I’ve
made you all waiting so long for this story. Actually, I already prepared for
this story. But, I got a trouble. I lost the file of this story. So I must
rewrite this again from the beginningL But after all,
Happy Reading Gals and GuysJ*
*WRITER’S POV*
“Mbok Ijah, Dad Carl kemana?” Tanya
seorang gadis yang menuruni anak tangga demi anak tangga di rumah itu.
“Eh non Riccie, tuannya udah berangkat
ke kantor non. Non cantik banget sih. Berangkat sekolah naik apa non?” Balas
pembantu asal indonesia itu. Mbok Ijah, sebenarnya namanya tidak terlalu cocok
dengan parasnya. Mbok Ijah masih berumur 35 tahun dan berperawakan keibuan yang…
cantik untuk seusianya.
“Oh, Damn It!” Rutuk gadis yang sedang
mengambil roti dan susu sarapannya itu. Tapi tatapannya hanya tertuju pada
lukisan besar yang menjadi titik fokus rumahnya itu. Tidak ada lukisan keluarga
di rumah itu. Hanya ada sebuah lukisan besar yang dibingkai dengan pigura emas
nan mewah bagaikan sebuah pintu menuju wonderland apabila ini sebuah fairytale,
tapi sayang ini… real life.
“He’s never care about me, mom.” Gumam
gadis itu didepan lukisan mewah itu.
Di lukisan itu terlukis jelas seorang
wanita yang berumur sekitar 30 tahunan. Wanita itu terduduk dengan gaun mewah
berwarna pastel yang sangat indah dan cocok dengan warna kulitnya yang sawo
matang keputih-putihan. Mata wanita itu berwarna biru, sebiru laut caspian.
Bibirnya yang tipis dan berwarna pink tersenyum manis. Wajahnya seakan
memancarkan kebahagian bagi siapa saja yang melihatnya.
Gadis itu terdiam lama di depan
lukisan wanita itu, di depan lukisan mendiang ibunya. Gadis yang diketahui
dengan nama Patricia Everest Valley. Agak lucu memang, nama gadis itu terdiri
dari dua buah simbol, tempat tertinggi dan terendah di daratan ini. ‘Mount
Everest’ dan sebuah ‘Valley’ alias lembah. Tapi dia lebih senang dipanggil
dengan ‘Riccie’.
Pandangan gadis itu bergeser pada
sebuah cermin besar bergaya mediterania di ruangan itu. Riccie melihat pantulan
dirinya di cermin itu. Seorang gadis tinggi dan atletis dengan kulit putih
pucat berdiri di hadapannya sekarang. Semua itu yang dia warisi dari ayahnya.
Seorang Carl Joe Valley atau biasa dikenal
sebagai Mr. Carl, seorang pebisnis sukses di LA. Lelaki berambut brownhead ini
seorang single parents dengan satu anak. Tetapi mereka semua tidak tahu, bagi
Riccie lelaki itu hanyalah ‘lelaki super sibuk yang gila kerja dan sangat cuek
dengan gadis semata wayangnya’ yang tinggal serumah dengan Riccie.
Tetapi, ia memiliki mata biru yang sama persis
dengan kepunyaan ibunya itu. Rambut Long Wavy (long medium) yang bergelombang
indah dan sempurna itu campuran antara Brunette dan Blackhead, rambut itu
tergerai tanpa pony. Bibir tipisnya yang berwarna pink hasil tiruan dari ibunya
juga. Inilah yang Riccie suka dari dirinya, rambut, mata dan bibirnya. Semua
itu mengingatkan dia dengan ibunya dan… hometownnya.
Ya, Riccie memang tinggal di LA. Tapi dulu sekali,
dia tinggal di Indonesia, hometownnya, tempatnya dia dilahirkan, tempat ia
menghabiskan waktu dengan mendiang ibu yang paling ia sayang di dunia ini.
Actually, Riccie adalah seorang gadis
blasteran British dan Amenesian (American-Indonesian). Ayahnya British dan
ibunya American-Indonesian. Ia lahir di Indonesia dan tinggal di sana hingga…
ibunya pergi meninggalkannya. Tapi ia percaya, ibunya selalu melihatnya dari
surga :D.
“My eyes, hairs and lips just like you mom.”
Gumamnya yang kembali ke alam sadarnya. Sadar ia telah meneteskan air mata,
Riccie segera menghapusnya.
“Biasa mbok, bareng Lita, Hana sama Joel.
Biasa, skateboarding dong mbok. Masa seorang skatergirl ke sekolah tanpa
skateboard” Jawab Riccie itu santai.
“Ckckck, have fun sweetie. Jangan
telalu kecapean nanti asmanya kambuh loh non.” Ingat Mbok Ijah yang memandang
anak majikannya itu. Iya sangat tahu bagaimana sifat gadis itu. Ia sudah
bekerja kepada keluarga Valley sejak masih ada mendiang ibunya Riccie dan
mereka masih tinggal di Indonesia.
Tapi bagi Mbok Ijah, Riccie melakukan
banyak perbedaan dalam hidupnya. Dulu, Riccie adalah gadis manis yang memiliki
lesung pipi yang sangat cantik saat dia tersenyum. Tapi sekarang dia sudah
tidak pernah melihat senyum itu lagi.
Beliau hapal setiap kebiasaan gadis
itu. Riccie yang boyish, cuek, tomboy, kaya, kesepian, judes, arrogant. Riccie
termasuk ke dalam badgirl, tapi dia selalu tau batasannya. Dia juga amat sangat
tidak dekat dengan ayahnya. Tapi mbok ijah selalu tahu, inside all of her bad
attitude, there’s a cheerful girl, a sweet girl and a beautiful girl. Tapi
hanya orang-orang dekat yang sudah mengenalnya sejak lama saja yang mengetahui
itu.
Riccie juga stubborn dan smart seperti
ayahnya. Tapi dia juga stubborn outside weak inside seperti almarhum mendiang
ibunya. And well, she’s never realize she is beautiful.
Riccie juga seorang talented girl. Ia
seorang photographer handal. She is always do skateboarding skillfully. Seorang
gitaris handal, tapi dia tidak bisa bermain piano, LOL.
Seperti halnya seorang teenager,
kerjaan Riccie bermain iTouch (iPod Touch) terus. Tapi entah mengapa
nilai-nilainya selalu di atas rata-rata. Di umurnya yang baru beranjak 14 tahun
ini, dia juga sudah mau lulus dari 9th grade alias junior high
school. Dan akan beranjak ke high school dengan umur yang baru beranjak 14
tahun. Yap, kelas akselerasi.
Anehnya, walaupun seorang
photographer. Riccie tidak pernah suka untuk di photo.
“Riccie! Riccie!” Panggil dua suara
yang paling dihafalnya setiap pagi. Sahabat-sahabatnya telah menjemputnya.
“Sip mbok. I want to go now, by the
way.” Balas Riccie. Lalu ia mengambil skateboardnya dan menyambut suasana
menjelang summer di luar.
Di luar telah menunggunya, dua orang
gadis. Yang pertama seoarang gadis blackhead dengan skateboardnya. Dan yang
kedua seorang gadis dengan inline skate (sepatu roda).
“Gmorning, Patricia Everest Valley.”
Panggil gadis yang memakai skateboard.
“Morning too, Lita Andrea Ferguson.
And stop calling me with that name.” Balas Riccie.
Yap, gadis yang memakai skateboard, Lita
Andrea Ferguson. Salah satu sahabat Riccie. Lita blasteran antara
Indonesian-British. Lita juga berasal dari Indonesia. Tapi ia memilih pindah ke
LA sewaktu mengetahui Riccie pindah ke LA. Lita juga pandai bermain gitar seperti
halnya Riccie. Lita merupakan sosok sahabat yang perduli, setia, dan penolong.
Riccie merasa sangat beruntung mempunyai lita sebagai sahabat.
“Tau lita, woo.” Ledek gadis yang memakai
inline skate.
“Lo mau gue panggil Hani Jovita McDonough? Or
Hani Enchancers? Or Greyson Chance’s future wife?” Tanya Lita meledek.
Yap, satu lagi sahabat Riccie, Hani Jovita
McDonough. Cewek blasteran American-Indonesian ini memang tinggal di LA.
Bagaimana ceritanya mereka bisa bertemu?. Hani bertemu Riccie di LA. Dan dalam
kunjungannya menemui keluarganya di Indonesia, hani pernah bertemu Lita. Hani
sama seperti sosok sahabat biasanya. She’s cares about her bestfriend. Tapi
diantara mereka bertiga, Hanilah yang paling modis dan amat sangat menyukai
party.
“Call me Greyson Chance’s future wife! Yes,
I’m an enchancers. Proud to be Enchancers” balas Hani.
“Sorry guys, but… I have no time to updated
about Hollywood. So, can somebody tell me who is Greyson Chance?” Tanya Riccie
bingung.
“She will” Kata Lita yang menunjuk Hani.
“He is a new artist from YouTube! He covered
Gaga’s song with piano. He already have an album named ‘Hold On ‘Til The
Night’. And I know all his song, no exception. And I ever met him before. In
his concert last week. I got his signature, you know.” Jelas Hani.
“Hani, I ask you who is Greyson? Not what your
experience with him-_-.” Ingat Riccie.
“Oh right! That was just a fyi. He is the most
cute boy in this world~. And he is my future husband!” Jelas Hani, singkat dan
padat.
“Your future husband? How about ur patrick?”
Tanya sebuah suara dari belakang.
“Hai Joel.” Sapa Lita mencoba menarik
perhatian cowok yang memakai cap dan memegang skateboard kepunyaannya itu.
“Hai Riccie, pretty lady~ Oh hy, Lita.” Sapa
Joel.
Joel Russel Boston, sahabat Riccie yang lain.
Kapten team basket sekolah Riccie yang berumur 15 tahun ini memang menarik.
Ditambah kebiasaannya memakai sebuah cap diatas Blonde hair miliknya. Cowok
blasteran Australian-American ini emang satu orang yang paling ngerti Riccie.
Joel itu seorang drummerboy, juga skaterboy. Almost perfect, I think. Joel juga
bukan cuma sahabat Riccie. Tapi dia tetangga Riccie. Kamarnyalah yang Riccie
lihat setiap kali ke balkon kamarnya. Yap, rumah mereka bersebelahan. Yang
Riccie suka dari Joel, Joel itu orangnya asik. Dia cuek tapi care sama Riccie.
But like every talented boy like him, he is a badboy but he knows the
constraint.
“Patrick? Do you know Patrick?” Tanya Hani.
“Patrick? Patrick 9c? Patrick who sit beside
Joel?” Tanya Lita.
“Yes. Patrick whos found my locker’s key. He’s
so fucking cuteee” Jawab Hani.
“Jeez girl. Don’t you see? It seems like
patrick likes you too.” Kata Joel.
“So how about greyson?” Tanya Riccie kepada
Hani.
“Well, he just my inspiration. Not my future
husband._.V Patrick ohh patrick~” Jawab Hani.
“Ck, Come on! Before we are late.” Ajak Lita.
*skip: Arrived At
School*
John Adams Middle School atau lebih dikenal
dengan JAMS. Sekolah yang terletak di 16th street, Santa Monica, LA,
CA (#ItsTrue) ini memang tidak banyak yang tahu. Tapi bagi Riccie, inilah
sekolahnya. Tempat dimana dia menghabiskan waktu-waktu semasa Junior High
Schoolnya. Dan sebentar lagi, ia akan lulus dari sekolah ini. Lulus Middle
school dengan umur 14 tahun memang tidak mudah, tapi dia berhasil melakukannya.
“TREETTT… TREETTT…”
‘Today, the first lesson is my
favorite lesson, Music!’ Ucap Riccie.
Thanks
for reading:D Hope you like it!
Give
me your feedbackJ
Sincerely,
-Risma.


Joel itu yang anggota band freak morice ya? AAAAAA CAKEP PARAH *.*
ReplyDeleteIyaaa, itu Joel Ferguson~ Cuma nama belakangnya aku ganti B-) Cakep dongggg *.*
Delete